IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN
Pendahuluan
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Model perilaku konsumen dapat diartikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen.
Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku konsumen antara lain, kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat social, kelompok anutan ( small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Menganalisis perilaku konsumen akan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Pembahasan
A. Struktur yang mencakup beberapa komponen dari kumpulan sejumlah keputusan konsumen
1. Keputusan tentang jenis produk.
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk.
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik merknya.
3. Keputusan tentang merk
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang akan dibeli. Setiap merk memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di mana radio tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus radio, atau toko lain. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli radio. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.
B.Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
a. Kebudayaan.
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
b. Kelas sosial.
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan lokasi tempat tinggal.
c. Kelompok referensi kecil.
Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan, dll.
d. Keluarga.
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:
- Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
- Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
- Siapa yang melakukan pembelian.
- Siapa pemakai produknya.
e. Pengalaman.
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.
f. Kepribadian.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk beringkah laku.
g. Sikap dan kepercayaan.
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya.
h. Konsep diri.
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.
Dari penulisan ini juga didapat tipe-tipe perilaku konsumen dalam pembelian produk, yakni:
Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Budget Allocation (Pengalokasian budget).
b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak).
c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk).
d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya).
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tersebut maka bisa ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen yang dilakukan individu maupun kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang dan jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor dan struktur itu sendiri.
Adapun juga tingkat keterlibatan diferensiasi merek juga dapat mempengaruhi seorang konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk. Variabel pemikiran konsumen adalah faktor kognitip yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Tiga tipe variable pemikiran berperan secara esensial dalam pengambilan keputusan, antara lain persepsi karateristik merk, sikap lanjutan terhadap merk dan manfaat keinginan konsumen. Ini merupakan juga hasil akhir proses konsumen keputusan konsumen.
Sumber :
1. http://faddlyel.blogspot.com/2010/10/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html
2. http://iyano.wordpress.com/2010/11/30/perilaku-konsumen-dalam-pengambilan-keputusan-terhadap-produk-yang-diinginkan/
3. http://pandu-wiranegara.blogspot.com/2011/03/faktor-faktor-yang- mempengaruhi.html
Sabtu, 18 Januari 2014
tulisan 13 softskill perilaku konsumen
IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17
PENYEBARAN INOVASI
Elemen dasar dalam proses penyebaran
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial. Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1. Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran Komnikasi
alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan:
• Tujuan diadkanya komunikasi
• Karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal
3. Sistem Sosial
Kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4. Jangka Waktu
Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam:
• Proses pengambilan keputusan
• Inovasi seseorang: Relatif lebih awal atau lebih lambat dalam Menerima Inovasi
• Kecepatan pengdopsian inovasi
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup:
1. Atribut inovasi
2. Jenis Keputusan Inovasi
3. Saluran Komunikasi
4. Kondisi sistem sosial
5. Peran agen perubah
Pengaplikasian Definisi dari Inovasi
Contoh Aplikasi Inovasi Pendidikan
Perkembangan inovasi pendidikan pada tingkat pendidikan dasar khususnya sekolah dasar sudah banyak dilakukan oleh para guru. Misalnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran terpadu; penulisan tujuan pembelajaran dengan perumusan yang benar yaitu mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, dan Degree; pendekatan pembelajaran melalui cara belajar siswa aktif dan lain-lain seperti contoh di bawah ini.
Unversitas Terbuka menyelenggarakan Program Penyetaraan DII Guru SD yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru kelas dan guru Penjaskes. Untuk membantu pencapaian tujuan tersebut, dilakukan melalui program pendidikan jarak jauh dengan bahan belajar utama yaitu bahan cetak (modul) ditunjang dengan program kaset audio, radio, dan televisi. Mahasiswa dapat belajar tanpa meninggalkan tugas, dan mahasiswa dapat berinteraksi dengan pengajar melalui media interaktif.
Hingga saat ini para guru SD membuat perencanaan pengajaran (desain pembelajaran) masih menggunakan model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sedangkan pada saat ini dengan masuknya, teknologi pembelajaran Quantum Teaching, dapat digunakan perencanaan pengajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR. Di bawah ini adalah tinjauan sekitar dan maknanya. Untuk lebih jelasnya Anda dapat membacanya secara lengkap dalam buku Quantum Teaching yang ditulis oleh Bobbi DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie.
Di dalam metode belajar terdapat inovasi yang dikenal dengan Accelerated Learning, yaitu belajar dengan menggunakan relaksasi dan perasaan atau emosi yang positif. Ada tujuh langkah dalam metode belajar ini yaitu:
1. Rileks
2. Membaca Sekilas
3. Penyerapan Awal
4. Memproses Informasi
5. Menanam Kegiatan Ingatan Dengan Perasaan
6. Menggunakan Informasi
7. Pengulangan Terus Menerus
(Untuk hal ini Anda lihat tulisan Sandi Mac Gregor yang berjudul Piece of Mind, mengaktifkan kekuatan pikiran bawah sadar untuk mencapai tujuan). Metode ini akan menyempurnakan cara belajar siswa aktif yang telah dikenal selama ini.
Inovasi dalam bidang pendidikan yang juga berhubungan dengan masalah reinkarnasi, adalah penggunaan alat hitung swimpoa bagi siswa usia 7-12 tahun di bidang Aritmatika dan telah mengenal bilangan 1-100. Alat ini digunakan untuk membantu keterampilan kogntif siswa dalam menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selain itu dengan adanya jasa telekomuikasi (Warnet), guru-guru dapat mengakses materi-materi pelajaran aktual melalui internet.
Lima Karateristik yang dihubungkan dengan produk baru
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1. Keunggulan Relatif
2. Kompabilitas
3. Kerumitan
4. Kemampuan diuji cobakan
5. Kemampuaan mengamati
Secara umum inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
Pendefiinisian mengenai arti sebuah “inovasi produk” atau sebuah produk baru bukan merupakan tugas yang mudah, bermacam macam pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah produk baru.
Tiga tipe inovasi produk:
1. Berkesinambungan
2. Berkesinambungan secara dinamis]
3. Tidak berkelanjutan
Membangun Profil Konsumen yang menyukai Produk Baru
Penelitian yang dilakukan Nielsen menemukan bahwa 60 persen dari konsumen di seluruh dunia, yang kerap mengakses internet, cenderung untuk membeli produk baru dari merek yang sudah dia kenal dibandingkan menggantinya dengan suatu produk dari merek yang benar-benar baru.
Hampir setengah responden, dari 58 negara, yang disurvei menyatakan mereka cenderung mempertimbangkan untuk membeli produk baru. Dengan konsumen yang berasal dari Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika yang paling mungkin untuk mencoba sesuatu yang baru.
Namun, meski disertai antusias yang besar pada produk baru, dua pertiga responden menyatakan mereka lebih memilih untuk menunggu hingga suatu produk baru benar-benar membuktikan dirinya sebelum responden membelinya.
Rob Wengel, senior vice president dari Nielsen Innovation Analytics, menekankan perlunya perusahaan menciptakan suatu pengalaman positif dengan produk baru. Caranya dengan memberikan produk yang benar-benar diinginkan oleh konsumen dan mengirimkan informasi tersebut pada mereka dengan jelas dan efektif. Dia juga menekankan pentingnya sistem word-of-mouth (pemasaran dari mulut kemulut) agar produk baru dapat sukses di pasar.
Lebih dari 75 persen dari responden seluruh dunia menyatakan word-of-mouth yang berasal dari keluarga atau teman sebagai sumber paling persuasif dalam hal informasi suatu produk baru. Sementara itu, 67 persen menyatakan pencarian melalui internet sebagai sumber utama dalam memutuskan membeli suatu produk baru atau tidak. Lima puluh sembilan persen dari responden menyatakan iklan televisi sebagai sumber utamanya.
Menurut Wengel, tidak ada pendekatan tunggal yang dapat mencakup semua strategi untuk mengembangkan dan memasarkan suatu produk secara sukses dan menarik. “Bagaimanapun, meyakinkan konsumen menyadari produk dan dapat menemukannya di rak-rak toko sama pentingnya dengan hadir bersama suatu produk unggulan yang baru,” ujar Wengel.
Pemasar dan produsen harus juga melihat kondisi keuangan dan rujukan pribadi dari konsumen. Empat puluh lima persen responden melaporkan mereka tidak begitu suka untuk mencoba produk baru dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Empat puluh persen lainnya, terutama yang tinggal di Amerika Utara, lebih suka membeli produk lokal.
Sumber :
http://ubaybay17.blogspot.com/2012/12/difusi-inovasi-komunikasi-pemasaran.html
http://guntingbatukeratas.blogspot.com/
19211143 / 3 EA17
PENYEBARAN INOVASI
Elemen dasar dalam proses penyebaran
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial. Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1. Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran Komnikasi
alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan:
• Tujuan diadkanya komunikasi
• Karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal
3. Sistem Sosial
Kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4. Jangka Waktu
Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam:
• Proses pengambilan keputusan
• Inovasi seseorang: Relatif lebih awal atau lebih lambat dalam Menerima Inovasi
• Kecepatan pengdopsian inovasi
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup:
1. Atribut inovasi
2. Jenis Keputusan Inovasi
3. Saluran Komunikasi
4. Kondisi sistem sosial
5. Peran agen perubah
Pengaplikasian Definisi dari Inovasi
Contoh Aplikasi Inovasi Pendidikan
Perkembangan inovasi pendidikan pada tingkat pendidikan dasar khususnya sekolah dasar sudah banyak dilakukan oleh para guru. Misalnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran terpadu; penulisan tujuan pembelajaran dengan perumusan yang benar yaitu mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, dan Degree; pendekatan pembelajaran melalui cara belajar siswa aktif dan lain-lain seperti contoh di bawah ini.
Unversitas Terbuka menyelenggarakan Program Penyetaraan DII Guru SD yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru kelas dan guru Penjaskes. Untuk membantu pencapaian tujuan tersebut, dilakukan melalui program pendidikan jarak jauh dengan bahan belajar utama yaitu bahan cetak (modul) ditunjang dengan program kaset audio, radio, dan televisi. Mahasiswa dapat belajar tanpa meninggalkan tugas, dan mahasiswa dapat berinteraksi dengan pengajar melalui media interaktif.
Hingga saat ini para guru SD membuat perencanaan pengajaran (desain pembelajaran) masih menggunakan model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sedangkan pada saat ini dengan masuknya, teknologi pembelajaran Quantum Teaching, dapat digunakan perencanaan pengajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR. Di bawah ini adalah tinjauan sekitar dan maknanya. Untuk lebih jelasnya Anda dapat membacanya secara lengkap dalam buku Quantum Teaching yang ditulis oleh Bobbi DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie.
Di dalam metode belajar terdapat inovasi yang dikenal dengan Accelerated Learning, yaitu belajar dengan menggunakan relaksasi dan perasaan atau emosi yang positif. Ada tujuh langkah dalam metode belajar ini yaitu:
1. Rileks
2. Membaca Sekilas
3. Penyerapan Awal
4. Memproses Informasi
5. Menanam Kegiatan Ingatan Dengan Perasaan
6. Menggunakan Informasi
7. Pengulangan Terus Menerus
(Untuk hal ini Anda lihat tulisan Sandi Mac Gregor yang berjudul Piece of Mind, mengaktifkan kekuatan pikiran bawah sadar untuk mencapai tujuan). Metode ini akan menyempurnakan cara belajar siswa aktif yang telah dikenal selama ini.
Inovasi dalam bidang pendidikan yang juga berhubungan dengan masalah reinkarnasi, adalah penggunaan alat hitung swimpoa bagi siswa usia 7-12 tahun di bidang Aritmatika dan telah mengenal bilangan 1-100. Alat ini digunakan untuk membantu keterampilan kogntif siswa dalam menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selain itu dengan adanya jasa telekomuikasi (Warnet), guru-guru dapat mengakses materi-materi pelajaran aktual melalui internet.
Lima Karateristik yang dihubungkan dengan produk baru
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1. Keunggulan Relatif
2. Kompabilitas
3. Kerumitan
4. Kemampuan diuji cobakan
5. Kemampuaan mengamati
Secara umum inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
Pendefiinisian mengenai arti sebuah “inovasi produk” atau sebuah produk baru bukan merupakan tugas yang mudah, bermacam macam pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah produk baru.
Tiga tipe inovasi produk:
1. Berkesinambungan
2. Berkesinambungan secara dinamis]
3. Tidak berkelanjutan
Membangun Profil Konsumen yang menyukai Produk Baru
Penelitian yang dilakukan Nielsen menemukan bahwa 60 persen dari konsumen di seluruh dunia, yang kerap mengakses internet, cenderung untuk membeli produk baru dari merek yang sudah dia kenal dibandingkan menggantinya dengan suatu produk dari merek yang benar-benar baru.
Hampir setengah responden, dari 58 negara, yang disurvei menyatakan mereka cenderung mempertimbangkan untuk membeli produk baru. Dengan konsumen yang berasal dari Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika yang paling mungkin untuk mencoba sesuatu yang baru.
Namun, meski disertai antusias yang besar pada produk baru, dua pertiga responden menyatakan mereka lebih memilih untuk menunggu hingga suatu produk baru benar-benar membuktikan dirinya sebelum responden membelinya.
Rob Wengel, senior vice president dari Nielsen Innovation Analytics, menekankan perlunya perusahaan menciptakan suatu pengalaman positif dengan produk baru. Caranya dengan memberikan produk yang benar-benar diinginkan oleh konsumen dan mengirimkan informasi tersebut pada mereka dengan jelas dan efektif. Dia juga menekankan pentingnya sistem word-of-mouth (pemasaran dari mulut kemulut) agar produk baru dapat sukses di pasar.
Lebih dari 75 persen dari responden seluruh dunia menyatakan word-of-mouth yang berasal dari keluarga atau teman sebagai sumber paling persuasif dalam hal informasi suatu produk baru. Sementara itu, 67 persen menyatakan pencarian melalui internet sebagai sumber utama dalam memutuskan membeli suatu produk baru atau tidak. Lima puluh sembilan persen dari responden menyatakan iklan televisi sebagai sumber utamanya.
Menurut Wengel, tidak ada pendekatan tunggal yang dapat mencakup semua strategi untuk mengembangkan dan memasarkan suatu produk secara sukses dan menarik. “Bagaimanapun, meyakinkan konsumen menyadari produk dan dapat menemukannya di rak-rak toko sama pentingnya dengan hadir bersama suatu produk unggulan yang baru,” ujar Wengel.
Pemasar dan produsen harus juga melihat kondisi keuangan dan rujukan pribadi dari konsumen. Empat puluh lima persen responden melaporkan mereka tidak begitu suka untuk mencoba produk baru dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Empat puluh persen lainnya, terutama yang tinggal di Amerika Utara, lebih suka membeli produk lokal.
Sumber :
http://ubaybay17.blogspot.com/2012/12/difusi-inovasi-komunikasi-pemasaran.html
http://guntingbatukeratas.blogspot.com/
Jumat, 10 Januari 2014
tulisan 12 softskill perilaku konsumen
IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17
PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
1.1. Definisi budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif”di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budaya lah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2. SESEORANG MENEMUKAN NILAI- NILAI YANG DI ANUT
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai
Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut:
1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
2. Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
6. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
7. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
2. Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro, nilai sosial terbagi 3, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1. Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi respon terhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
3.2. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya – sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
3.3. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda.
Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
3.4. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
3.5. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
3.6. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
4. STRUKTUR KONSUMSI
Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
5. DAMPAK NILAI- NILAI INTI TERHADAP PEMASAR
5.1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
5.2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
5.3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6. PERUBAHAN NILAI
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
6.1. Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
6.2. Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
6.3. Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
SUMBER :
http://setevy.wordpress.com/2011/12/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/
19211143 / 3 EA17
PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
1.1. Definisi budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif”di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budaya lah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2. SESEORANG MENEMUKAN NILAI- NILAI YANG DI ANUT
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai
Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut:
1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
2. Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
6. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
7. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
2. Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro, nilai sosial terbagi 3, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1. Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi respon terhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
3.2. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya – sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
3.3. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda.
Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
3.4. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
3.5. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
3.6. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
4. STRUKTUR KONSUMSI
Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
5. DAMPAK NILAI- NILAI INTI TERHADAP PEMASAR
5.1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
5.2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
5.3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6. PERUBAHAN NILAI
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
6.1. Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
6.2. Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
6.3. Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
SUMBER :
http://setevy.wordpress.com/2011/12/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/
Kamis, 02 Januari 2014
tulisan 11 softskill perilaku konsumen
IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17
KELAS SOSIAL DAN KELOMPOK STATUS
A. Perbedaan antara Kelas Sosial dengan Status Sosial
Berdasarkan pengertiaannya :
Kelas Sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.
Status Sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
B. Kepemilikan
Kepemilikan status sosial di masyarakat sangat di harapkan bagi sebagian besar masyarakat untuk bisa menaikan tingkat kelas sosial yang ada. Tidak dipungkiri bahwa status sosial sangatlah diperlukan individu untuk dapat bergaul di masyarakat luas tanpa merasa rendah kelas sosialnya.
C. Dinamika Kelas Sosial
Pengertian Dinamika Sosial :
Menurut Floyd D, dinamika kelompok merupakan analisis hubungan kelompok-kelompok social dimana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi social tertentu.
Ruth Benedict, persoalan yang dikaji dalam dinamika kelompok social adalah:
• Kohesi atau persatuan, akan terlihat tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok (proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan,dan nilai-nilai dalam kelompok)
• Motif atau dorongan, berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok (kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok)
• Struktur, terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, dan pemabgian tugas
• Pimpinan, pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok social (bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, dan system kepemimpinan
• Perkembangan kelompok, dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpevahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok.
D. Sosial Mobility dan Konsekuensinya terhadap Market
Mobilitas sosial adalah suatu gerakan dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Pengaruh Mobilitas sosial terhadap market: Mobilitas Sosial sendiri memiliki arti yaitu perbedaan status sosial. Perbedaan status sosial antara seseorang dapat mempengaruhi prilaku seseorang dalam membeli. Apabila mobilitas sosial seseorang lebih tinggi maka secara otomatis orang tersebut akan mempunyai prilaku pembelian yang lebih konsumtif, dan begitu sebaliknya jika seseorang berada pada tingkat mobilitas sosial yang rendah, maka orang tersebut tingkat konsumsinya akan mengalami penurunan.
E. Klasifikasi Geodemografi dan Manfaatnya bagi Pemasar
Geodemografi merupakan sebuah kombinasi dari karakteristik demografi dan gaya hidup konsumen dalam kelompok (cluster) geografis. Penetapan sasaran berdasarkan geodemografis: dasar pemikiran yang menjadi landasan geodemographic targeting adalah bahwa orang-orang yang menetap di daerah atau tempat yang sama, misalkan bertetangga atau dalam satu kawasan kode area, memiliki persamaan dalam demografi dan gaya hidup. Sehingga dengan mengetahui dimana orang-orang menetap, pemasar dapat memperoleh informasi mengenai marketplace behavior mereka secara umum.
F. Pemasaran untuk Pangsa Kelas Sosial
Kelas sosial kerap diterapkan pada masalah penentuan pangsa pasar, proses mendefinisikan kelompok pelanggan yang homogeny dan membuat tawaran uang kuat secara khusus untuk mereka. Prosedur untuk pemangsaan pasar mencakupi langkah-langkah berikut :
(a) Identifikasi pemakaian kelas sosial dari produk.
(b) Perbandingan variable kelas sosial untuk pemagsaan dangan variable lain (pendapatan, siklus hidup, dsb)
(c) Deskripsi karakteristik kelas sosial yang diidentifikasi di dalam target pasar.
(d) Perkembangan program pemasaran unuk memaksimumkan keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas sosial.
Pangsa pasar kelas sosial dideskripsikan dengan dua jenis variable:
(a) Informasi profil umum
(b) Informasi spesifikasi produk
Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosial ekonomi memungkinkan seseorang pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cocok degan karakteristik sosial ekonomi dari target pasar. Ini akan mencakup sifat produk, strategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dn penetapan harga.
G. Pengenalan Kebutuhan dan Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternative – alternative pilihan , Kriteria alternative dapat muncul dalam berbagai bentuk , misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan kriteria , keselamatan , kenyamanan , harga , merek , negara asal ( country of origin ) dan juga spek hedonik seperti gengsi , kebahagian , kesenangan dan sebagainya .
Beberapa kriteria evaluasi yang umum adalah :
1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternative.Konsumen cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas . Olehg karena itustrategi harga hendaknya di sesuaikan dengan karakteristik produk.
2. Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan dalam setiap pembelian . nampaknya merek merupakan pengganti dari mutu dan spesifikasi produk.Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi sangat baik dapat mengurangi resika kesalahan dalam pembelian.
3. Negara Asal
Negara asal dimana produk di hasilkan menjadi pertimbangan penting dikalangan konsumen negara asal sering mencitrakan kualitas produk.Konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas produk elektronik dari jepang . Sementara untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan swiss merupakan produk yang handal tak teragukan .
4. Saliensi ( Atribut yang mencolok )
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda dengan pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda . Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting , tetapi tidak untuk produk yang lain . Atribut yang mencolok ( salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi di sebut sebagai atribut determinan.
H. Proses Pencarian
Proses pencarian, Perbedaan kelas sosial membedakan pula pola informasi tentang suatu produk yang didapat oleh masing-masing individu, kelas bawah yang berada didaerah lebih terpencil akan susah mendapatkan informasi tentang suatu barang yang beredar dipasaran sedangkan orang kelas menengah keatas lebih mudah mendapatkan informasi tersebut.
I. Bahasa Sosial
Pola bahasa individual berkorelasi erat dengan kelas sosial mereka. Didalam seperangkat exsperimen, kelas sosial responden lebih dahulu diukur sebelum mereka diminta untuk membuat rekaman, fabel, selama 40 detik.
Pentingnya bahasa dapat dimengerti melalui analisis teks yang digunakan didalam iklan. Mobil mahal seperti Mercedes dan Cadillac menggunakan kata-kata yang lebih panjang,eufemisme yang lebih sedikit dan lebih banyak bahasa abstrak.Iklan mobil kelas bawah dan menengah berbicara banyak tentang sifat fisik,menekankan gambar ketimbang kata dan lebih memungkinkan menggunakan bahasa slang atau bahasa jalanan.
J. Proses Pembelian
Dalam proses pembelian, konsumen akan melalui sebuah proses, yaitu :
1. Menganalisa keinginan dan kebutuhan
2. Menilai beberapa sumber
3. Menetapkan tujuan pembelian
4. Mengidentifikasi alternative pembelian
5. Mengambil keputusan untuk membeli
6. Perilaku sesudah pembelian
Berikut adalah tahapan-tahapan pembelian sebagai berikut :
Tahap pertama adalah Kesadaran akan kebutuhan suatu dan ketersediaannya. Seorang konsumen harus tahu bahwa ada kebutuhan atau ada kesempatan yang dapat dilakukan bila dia membeli barang tertentu dan barang tertentu tersebut tersedia di pasar.
Tahap kedua, seorang Konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk yang akan dibelinya. Konsumen akan mencari informasi suatu produk tentang fitur-fiturnya, harganya, penjualannya, dan juga jaminan dari perusahaan.
Tahap ketiga, maka seorang Konsumen akan merasa suka dan butuh terhadap produk itu secara umum.
Tahap keempat adalah preferensi. “Kenapa saya harus membeli produk merk A, bukan merk B. Kenapa saya harus membeli tipe yang seharga ini bukan seharga itu.” Ini adalah preferensi. Konsumen akan mencocokkan produknya disesuaikan dengan kesukaannya, seleranya, budgetnya dan lainnya. Di tahapan ini konsumen sudah mulai mengerucutkan pada apa yang lebih disukai dibandingkan yang lain.
Tahap kelima adalah membuat keyakinan atau konfirmasi. Setelah konsumen mengerucutkan pada beberapa pilihan, dia akan tambah mantap setelah mendengar penjelasan yang baik dari penjual / salesman dan memutuskan untuk membeli
Tahapan yang terakhir, keenam, akhirnya konsumen tersebut akan merasa puas atas hasil pembelian yang telah dilakukannya, dan setiap konsumen akan berbeda.
K. Metode Penelitian Pemasaran untuk Mengukur Kelas Sosial
Para peneliti pemasaran mengukur kelas sosial sebagai variabel bebas untuk menentukan hubungannya dengan variabel terikat yaitu minat akan sesuatu.Metode objektif memberikan status berdasarkan responden yang memiliki semacam nilai dari variabel yang distratifikasikan.Variabel yang sering di gunakan yaitu pekerjaan pendapatan, pendidikan ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilikan barang. Nilai – nilai yang di tetapkan dalam satu dari dua cara. Satu metode menggunakan survei terhadap orang yang diminta untuk meningkatkanprestise orang – orang dalam berbagai pekerjaan. Metode yang kedua yaitu menggunakan ukuran objektif seperti peningkatan pendidikan rata –rata atau pendapatan kelompok pekerjaan.
Sumber :
http://israyuda.wordpress.com/2013/07/20/dinamika-kelompok-sosial/
http://yunhiepratiwi896.blogspot.com/2009/12/klasifikasi-geodemografi-dan-manfaatnya.html
http://chiaisadora.wordpress.com/2011/11/02/bahasa-sebagai-alat-integrasi-dan-adaptasi-sosial/
http://adebagussaputra.wordpress.com/2013/01/05/pengaruh-kelas-sosial-dan-status/
http://babymonkey-khayratul.blogspot.com/2013/11/proses-pembelian.html
tulisan 10 softskill perilaku konsumen
IGNATIUS BAGAS WIBISONO
3 EA17 / 19211143
DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN
A. Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan adalah setiap orang/kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan (atas rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai – nilai dan sikap umum/khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku. Konsep ini juga memberikan pandangan mengenai metode yang kadang – kadang digunakan para pemasar untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan pada perilaku konsumen.
B. Keluarga dan Studi Perilaku Konsumen
Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut.lasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut.
C. Variabel yang Mempengaruhi Pembelian
1. Variable sosiologis yang mempengaruhi keluarga. Bagaimana keluarga mengambil keputusan dapat dimengerti denganlebih baik dengan mempertimbangkan dimensi sosilogis seperti kohesi, kemamampuan beradaptasi dan komunikasi.
2. Keputusan pembelian keluarga. Keluarga adalah “pusat pembelian” yang merefleksiakan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan.
3. Peran individu dalam pembelian keluarga. Kebutuhan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya peranan yang dapat didefinisikan. Peran-peran ini mungkin dipegang oleh suami , istri, anak, atau anggota lain dalm rumah tangga.
Penjaga pintu: inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk.
Pemberi pengaruh (influencer ) : individu yang opininya dicari dalam pembelian produk.
Pengambil keputusan (decider) : orang yang mempunyai wewenang/kekuasaan keuangan.
Pembeli (buyer) : orang bertindak sebagai agan pembeli
Pemakai (user) : orang yang mengguanakan produk
1. Perilaku peran. Peran instrumental, yang digunakan sebagai peran fungsional atau ekonomi, melibatkan aspek keluarga, kerakter performansi, dan sifat “fungsional” lain seperti kondisi pembelian.
2. Peran pasangan hidup dalam keputusan pembelian. Keputusan konsumsi dipegaruhi oleh jenis keluarga dimana individu menjadi anggota.
3. Menurunya perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin walaupun ada gerakan menjauh dari mendominasi peranjenis kelamin,masih ada beberapa produk dan dalam beberapa situasi.
D. Siklus Kehidupan Keluarga dan Perilaku Pembeliaan
Keluarga mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, persepsi dan perilaku orang – orang yang ada di dalamnya. Oleh kareana itu, konsumen secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keluaraga. Keluarga ditinjau dari persepektif lingkungan pengambilan keputusan, merupakan unit kecil pusat pengambilan keputusan konsumen. Misalkan pemilihan tempat berlibur dipengaruhi oleh anak – anak. Jadi keluaraga merupakan “kelompok” yang mempunyai pola pengambilan keputusan komplek karena melibatkan anggota keluarga, karena pengambilan keputusan sangat kompleks pola pengambilan keputusan yang terjadi antara keluaraga tentunya tidak sama. Keluaraga muda yang baru menikah kurang dari enam bulan tentu akan berbeda dengan keluaraga yang memiliki anak yang duduk dibangku kuliah.
Siklus Kehidupan keluarga Menurt neightbor (1985) tahapan tugas dan masalah – masalah yang menjadi isu penting dalam setap tahapan siklus kehidupan keluraga sbb:
1. Tahap perkawinan
pada tahap ini masing – masing mempunyai tugas untuk menyatu,menyelaraskan dan saling mengenal serta memahami pribadi masing – masinguntuk bersama – sama membangun keluaraga.
2. Tahap Melahirkan anak
Pada tahap ini anak lahir dan tugas utama adalah bagaimana menciptakan suasana dan peran dengan adanya kehadiran anak.pada tahap ini bagaimana dapat salingh berbagi dengan adanya kehadiran anak, mengatur kembali peran masing - masing, mana yang menjadi tugas suami dan mana yang menjdi tgas istri mengasuh anak
3. Tahap membesarkan anak- anak memasuki sekolah dasar
pada tahap ini tugas utamnya adalah emngasuh dan mendidik anak – anak. Pada tahap ini tentang menyediakan lingkungan yang aman untukpertumbuhan anak – anak, bagaimana menjdai orang tua yang baik, keterlibatan dengan masyarakat, waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan kepada anak - anak,terutama untuk ibu dan bagaimana memberikan perhatian dan mengasuh yang adil diantara anak -anak.
4. Membesarkan anak -anak usia remaja
pada tahap ini orang tua mempunyai tugas penting dalam mengatur batasan – batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Neighbour memberikan istilah orang tua melakukan “boundary testing”. Isu yang penting tahap ini adalah tari – meneraik antara mengendalikan dan memberikan kebebasan kepada remaja,berusaha untuk mempunyai pengaruh karena adanya pembrontakan pada anak, masalah individualisasi dan keinginan anak mulai dilepaskan
5 .Keluarga mulai melepaskan anak -anak
Pada tahap ini anak – anak mulai menikah dan oarang tua mulai akan ditinggalkan anak -anak.tugas orang tua adalah mempersiapkan anak -anaknya siap untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. Perubahan trasnsisi peran yang dilakukan setelah anak -anak tinggal di rumah dengan peran anatara ketika anak -anak berkeluaraga sendiri. Orang tua merasa an perlu penyesuaian antara suami istri dengan kondisi baru.
6. Tahap – tahap pertengahan
pada tahap ini suami istri berusaha untuk melakukan evaluasi diri dan menilai kembali peran dan apa yang dilakukan masing – masing. Timbulnya krisis tengah baya, p[erasaan puas atau sebaliknya munculnya kekecewaan, menerima keterbatasan, perubahan citra diri, antisipasi terhadap mas apensiun atau bahkan mulai ditinggalkan oelh oarang tua karena meninngal
7. Usia tua
Pada tahap ini tugas yang dilakukan adalah menghadapi kematian.isu-isu penting timbul adalh munculnya penyakit tua, mulai mendekat.
E. Siklus Kehidupan Keluarga Tradisional
Keluarga adalah sistem sosial yang unik. Cara masuk ke dalam sistem ini adalah melalui kelahiran, pengadopsian, pengangkatan, pernikahan. Memutuskan seluruh koneksi kekeluargaan adalah hal yang mustahil. Anggota keluarga juga biasanya memiliki peran tertentu. Hubungan antar anggota keluarga merupakan hal yang paling penting dan tidak tergantikan. Saat ini pendefinisian keluarga secara tradisional mendapat tantangan. Maraknya orang tua tunggal, perceraian, perpisahan dan pernikahan kembali membuat struktur tradisional mengalami perkembangan.
Menurut Carter & McGoldrik ada 6 tingkat perkembangan keluarga
Keluarga antara: dewasa muda, belum menikah.
Penyatuan keluarga dengan pernikahan (pasangan baru menikah).
Keluarga dengan anak kecil (bayi-usia sekolah).
Keluarga dengan anak remaja.
Keluarga melepaskan anak dan pindah.
Keluarga dalam kehidupan terakhir. Tidak ada tahap yang diidentifikasi.
Menurut Carter dan McGoldrik 1985 mengatakan sistem keluarga sekurang-kurangya tiga generasi:
Kakek-nenek
Ayah-ibu
Anak-anak
F. Struktur Keluarga dan Rumah Tangga yang Berubah
Apa yang dimaksud dengan sturktur keluarga kontemporer? Bagaimana struktur itu berubah? Bagaimana struktur itu mempengaruhi konsumsi? Apakah realitas yang berkembang dari struktur keluarga merupakan masalah atau peluang untuk organisasi pemasaran? Ini adalah beberapa dari pertanyaan yang para peneliti konsumen berusaha menjawabnya. Banyak jawaban tersebut melibatkan data dari sensus dasawarsa dan laporan sementara oleh Biro Sensus?
1. Menikah atau Single.
2. Ukuran Rumah Tangga.
3. Perkawinan dalam usia yang lebih lanjut.
4. Boom orang single.
5. Perceraian dan perilaku konsumen.
6. Orang-orang single yang hidup bersama.
7. Pemasaran untuk orang single.
8. Perkawinan kembali
G. Peranan Wanita yang Berubah dan Peranan Pria yang Berubah
Wanita ataupun pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita/pria berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk:
Budaya psikologis. Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.
Budaya social. Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.
H. Metodologi Penelitian untuk Studi Tentang Keputusan Keluarga
Metodologi yang digunakan untuk meneliti studi tentang keputusan keluaraga hampir sama dengan penelitian yang lain. Seperti dibawah ini ;
Kerangka Proses-Keputusan.
Kategori Sturktur-Peran.
Bias Pewawancara.
Seleksi Responden
Sumber :
http://sanetaka-perilakukonsumen.blogspot.com/2012/07/bab-10-kelompok-rujukan-dan-pengaruh.html
http://bukunnq.wordpress.com/psikologi-perkembangan-keluarga/
http://emanuelbagus.wordpress.com/2013/01/15/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-pembelian-konsumen/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok
http://id.scribd.com/doc/45663536/tugas-P-K
3 EA17 / 19211143
DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN
A. Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan adalah setiap orang/kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan (atas rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai – nilai dan sikap umum/khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku. Konsep ini juga memberikan pandangan mengenai metode yang kadang – kadang digunakan para pemasar untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan pada perilaku konsumen.
B. Keluarga dan Studi Perilaku Konsumen
Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut.lasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut.
C. Variabel yang Mempengaruhi Pembelian
1. Variable sosiologis yang mempengaruhi keluarga. Bagaimana keluarga mengambil keputusan dapat dimengerti denganlebih baik dengan mempertimbangkan dimensi sosilogis seperti kohesi, kemamampuan beradaptasi dan komunikasi.
2. Keputusan pembelian keluarga. Keluarga adalah “pusat pembelian” yang merefleksiakan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan.
3. Peran individu dalam pembelian keluarga. Kebutuhan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya peranan yang dapat didefinisikan. Peran-peran ini mungkin dipegang oleh suami , istri, anak, atau anggota lain dalm rumah tangga.
Penjaga pintu: inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk.
Pemberi pengaruh (influencer ) : individu yang opininya dicari dalam pembelian produk.
Pengambil keputusan (decider) : orang yang mempunyai wewenang/kekuasaan keuangan.
Pembeli (buyer) : orang bertindak sebagai agan pembeli
Pemakai (user) : orang yang mengguanakan produk
1. Perilaku peran. Peran instrumental, yang digunakan sebagai peran fungsional atau ekonomi, melibatkan aspek keluarga, kerakter performansi, dan sifat “fungsional” lain seperti kondisi pembelian.
2. Peran pasangan hidup dalam keputusan pembelian. Keputusan konsumsi dipegaruhi oleh jenis keluarga dimana individu menjadi anggota.
3. Menurunya perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin walaupun ada gerakan menjauh dari mendominasi peranjenis kelamin,masih ada beberapa produk dan dalam beberapa situasi.
D. Siklus Kehidupan Keluarga dan Perilaku Pembeliaan
Keluarga mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, persepsi dan perilaku orang – orang yang ada di dalamnya. Oleh kareana itu, konsumen secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keluaraga. Keluarga ditinjau dari persepektif lingkungan pengambilan keputusan, merupakan unit kecil pusat pengambilan keputusan konsumen. Misalkan pemilihan tempat berlibur dipengaruhi oleh anak – anak. Jadi keluaraga merupakan “kelompok” yang mempunyai pola pengambilan keputusan komplek karena melibatkan anggota keluarga, karena pengambilan keputusan sangat kompleks pola pengambilan keputusan yang terjadi antara keluaraga tentunya tidak sama. Keluaraga muda yang baru menikah kurang dari enam bulan tentu akan berbeda dengan keluaraga yang memiliki anak yang duduk dibangku kuliah.
Siklus Kehidupan keluarga Menurt neightbor (1985) tahapan tugas dan masalah – masalah yang menjadi isu penting dalam setap tahapan siklus kehidupan keluraga sbb:
1. Tahap perkawinan
pada tahap ini masing – masing mempunyai tugas untuk menyatu,menyelaraskan dan saling mengenal serta memahami pribadi masing – masinguntuk bersama – sama membangun keluaraga.
2. Tahap Melahirkan anak
Pada tahap ini anak lahir dan tugas utama adalah bagaimana menciptakan suasana dan peran dengan adanya kehadiran anak.pada tahap ini bagaimana dapat salingh berbagi dengan adanya kehadiran anak, mengatur kembali peran masing - masing, mana yang menjadi tugas suami dan mana yang menjdi tgas istri mengasuh anak
3. Tahap membesarkan anak- anak memasuki sekolah dasar
pada tahap ini tugas utamnya adalah emngasuh dan mendidik anak – anak. Pada tahap ini tentang menyediakan lingkungan yang aman untukpertumbuhan anak – anak, bagaimana menjdai orang tua yang baik, keterlibatan dengan masyarakat, waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan kepada anak - anak,terutama untuk ibu dan bagaimana memberikan perhatian dan mengasuh yang adil diantara anak -anak.
4. Membesarkan anak -anak usia remaja
pada tahap ini orang tua mempunyai tugas penting dalam mengatur batasan – batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Neighbour memberikan istilah orang tua melakukan “boundary testing”. Isu yang penting tahap ini adalah tari – meneraik antara mengendalikan dan memberikan kebebasan kepada remaja,berusaha untuk mempunyai pengaruh karena adanya pembrontakan pada anak, masalah individualisasi dan keinginan anak mulai dilepaskan
5 .Keluarga mulai melepaskan anak -anak
Pada tahap ini anak – anak mulai menikah dan oarang tua mulai akan ditinggalkan anak -anak.tugas orang tua adalah mempersiapkan anak -anaknya siap untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. Perubahan trasnsisi peran yang dilakukan setelah anak -anak tinggal di rumah dengan peran anatara ketika anak -anak berkeluaraga sendiri. Orang tua merasa an perlu penyesuaian antara suami istri dengan kondisi baru.
6. Tahap – tahap pertengahan
pada tahap ini suami istri berusaha untuk melakukan evaluasi diri dan menilai kembali peran dan apa yang dilakukan masing – masing. Timbulnya krisis tengah baya, p[erasaan puas atau sebaliknya munculnya kekecewaan, menerima keterbatasan, perubahan citra diri, antisipasi terhadap mas apensiun atau bahkan mulai ditinggalkan oelh oarang tua karena meninngal
7. Usia tua
Pada tahap ini tugas yang dilakukan adalah menghadapi kematian.isu-isu penting timbul adalh munculnya penyakit tua, mulai mendekat.
E. Siklus Kehidupan Keluarga Tradisional
Keluarga adalah sistem sosial yang unik. Cara masuk ke dalam sistem ini adalah melalui kelahiran, pengadopsian, pengangkatan, pernikahan. Memutuskan seluruh koneksi kekeluargaan adalah hal yang mustahil. Anggota keluarga juga biasanya memiliki peran tertentu. Hubungan antar anggota keluarga merupakan hal yang paling penting dan tidak tergantikan. Saat ini pendefinisian keluarga secara tradisional mendapat tantangan. Maraknya orang tua tunggal, perceraian, perpisahan dan pernikahan kembali membuat struktur tradisional mengalami perkembangan.
Menurut Carter & McGoldrik ada 6 tingkat perkembangan keluarga
Keluarga antara: dewasa muda, belum menikah.
Penyatuan keluarga dengan pernikahan (pasangan baru menikah).
Keluarga dengan anak kecil (bayi-usia sekolah).
Keluarga dengan anak remaja.
Keluarga melepaskan anak dan pindah.
Keluarga dalam kehidupan terakhir. Tidak ada tahap yang diidentifikasi.
Menurut Carter dan McGoldrik 1985 mengatakan sistem keluarga sekurang-kurangya tiga generasi:
Kakek-nenek
Ayah-ibu
Anak-anak
F. Struktur Keluarga dan Rumah Tangga yang Berubah
Apa yang dimaksud dengan sturktur keluarga kontemporer? Bagaimana struktur itu berubah? Bagaimana struktur itu mempengaruhi konsumsi? Apakah realitas yang berkembang dari struktur keluarga merupakan masalah atau peluang untuk organisasi pemasaran? Ini adalah beberapa dari pertanyaan yang para peneliti konsumen berusaha menjawabnya. Banyak jawaban tersebut melibatkan data dari sensus dasawarsa dan laporan sementara oleh Biro Sensus?
1. Menikah atau Single.
2. Ukuran Rumah Tangga.
3. Perkawinan dalam usia yang lebih lanjut.
4. Boom orang single.
5. Perceraian dan perilaku konsumen.
6. Orang-orang single yang hidup bersama.
7. Pemasaran untuk orang single.
8. Perkawinan kembali
G. Peranan Wanita yang Berubah dan Peranan Pria yang Berubah
Wanita ataupun pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita/pria berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk:
Budaya psikologis. Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.
Budaya social. Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.
H. Metodologi Penelitian untuk Studi Tentang Keputusan Keluarga
Metodologi yang digunakan untuk meneliti studi tentang keputusan keluaraga hampir sama dengan penelitian yang lain. Seperti dibawah ini ;
Kerangka Proses-Keputusan.
Kategori Sturktur-Peran.
Bias Pewawancara.
Seleksi Responden
Sumber :
http://sanetaka-perilakukonsumen.blogspot.com/2012/07/bab-10-kelompok-rujukan-dan-pengaruh.html
http://bukunnq.wordpress.com/psikologi-perkembangan-keluarga/
http://emanuelbagus.wordpress.com/2013/01/15/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-pembelian-konsumen/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok
http://id.scribd.com/doc/45663536/tugas-P-K
Langganan:
Postingan (Atom)