Jumat, 29 November 2013

tulisan 9 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17


KOMUNIKASI

A. Pentingnya Komunikasi

Membangun komunikasi yang baik dengan pelanggan itu sangat penting, sehingga Anda bisa mendapatkan pelanggan setia yang membantu mempromosikan produk Anda. Anda bisa mendapatkan review positif tentang produk Anda di blog mereka atau mereka mempromosikan ke keluarga atau teman mereka untuk membeli produk atau jasa yang Anda jual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan adalah sebagai berikut :

1. Berikan informasi tentang promo, produk baru, dan diskon untuk pelanggan secara berkala. Anda dapat mengirim mereka e-mail, SMS, brosur  dll

2. Mengadakan acara atau pertemuan antara Anda dengan pelanggan potensial. Acara ini dapat dilakukan dengan makan siang, peluncuran produk, makan malam, dll

3. Mintalah masukan mereka dan testimonial sebagai saran untuk membantu meningkatkan produk Anda. Untuk melakukan ini, Anda dapat melakukan survei, terutama tentang produk baru.

4. Berkomunikasi secara teratur dan perhatikan untuk tidak membangun komunikasi satu arah. Komunikasi dua arah adalah pilihan terbaik untuk membantu perusahaan Anda menjadi lebih baik. Hal ini disarankan oleh Craig Newmark.
Dengan melakukan hal-hal yang disarankan di atas, Anda dapat meningkatkan perusahaan Anda untuk melakukan lebih baik untuk mendapatkan kepuasan pelanggan lebih tinggi yang membawa lebih banyak keuntungan pada akhirnya. Jangan pernah melupakan pentingnya komunikasi dengan pelanggan Anda karena betapa bagusnya produk Anda itu akan sia-sia jika Anda tidak melakukan teknik pemasaran yang tepat.


B. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Sedangkan menurut Lasswell (1960): Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.


C. Proses Komunikasi

Bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interkasi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.

2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebutencoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.

3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.

4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator  dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

5.  Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.

6.  Penyandiaan Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).

7. Kegaduhan
Gangguan (noise) merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Dalam setiap proses komunikasi, kegaduhan atau kendala-kendala dalam berkomunikasi akan selalu ada. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman seperti udara dan kertas. Gangguan juga dapat terjadi secara internal (kurang perhatian penerima) atau eksternal (gangguan suara lain. Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diuraikan dalam bentuk pesan.


D. Komunikasi Persuasif

Komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.


E. Pandangan Tentang Proses Komunikasi

Komunikasi pemasaran mungkin hanya berfokus untuk mengatasi kesenjangan kesadaran akan produk, citra, atau preferensi dalam pasar sasaran. Tetapi pandangan dalam komunikasi pemasaran ini memiliki beberapa keterbatasan, terlalu pendek dan mahal, dan sebagian besar pesan jenis ini tidak sampai kepada pelanggan sasaran.
Sekarang terjadi gerakan yang memandang komunikasi sebagai pengelolaan proses pembelian pelanggan sepanjang waktu. Selama tahap sebelum penjualan, tahap penjualan, tahap pemakaian, dan tahap setelah pemakaian. Dan karena setiap pelanggan berbeda, program komunikasi perlu dirancang untuk segmen, celah pasar, dan bahkan individu tertentu.
Titik awal dalam proses komunikasi adalah memeriksa semua interaksi potensial yang mungkin dimiliki pelanggan sasaran dengan produk dan perusahaan. Misalnya, seseorang yang ingin membeli komputer akan bertanya pada orang lain, melihat iklan di televisi, membaca artikel di koran dan majalah, dan mengamati komputer yang dipajang di toko-toko komputer. Pemasar perlu menilai pengalaman dan kesan-kesan manakah yang paling berpengaruh pada berbagai tahap dalam proses pembelian. Pemahaman ini akan membantu pemasar dalam mengalokasikan dana komunikasinya dengan lebih efisien.


F. Memilih saluran Komunikasi

Saluran komunikasi dibagi dalam beberapa macam sbb:

1. Saluran interpersonal dan media massa

2. Saluran lokal dan saluran kosmopolit
Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima) antara dua orang atau lebih. Misalnya rapat atau pertemuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut, dsb.
Sedangkan saluran media massa adalah alat-alat penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batasan waktu dan ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku, dsb.
Saluran antar pribadi disebut saluran lokalit apabila kontak-kontak langsung itu sebatas daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit. Sebaliknya saluran media massa dapat dipastikan bersifat kosmopolit.


G. Model Komunikasi Pemasaran

Model Komunikasi Pemasaran di bagi menjadi dua :

1. Model Makro
Perhatian yang selektif : Dengan memberikan pesan iklan, yang menjelaskan mengapa para pengiklan kadang-kadang berbuat apa saja untuk menarik audiens melalui ketakutan, musik, daya tarik sex sual, atau berita utama yang tebal yang menjanjikan sesuatu.
Penyimpangan selektif : Penerima akan mendengarkan apa yang sesuai dengan system keyakinannya akibatnya penerima sering menambahkan sesuatu yang tidak ada pada pesan tersebut.
Ikatan Selektif : Orang-orang hanya akan menyimpan lama dalam ingatannya sebagian kecil pesan yang sampai kepada mereka apabila menerima.

2. Proses Model Mikro
Dengan Melihat Tanggapan Pelanggan sehingga proses komunikasi didasarkan pada tugas komunikator.
a. Kesadaran
b. Pengetahuan
c.Kesukaan
d. Ke lebihsukaan atau preferensi
e. Keyakinan
f. Pembelian


H. Alat-alat Promosi dalam Komunikasi Pemasaran

1. Periklanan
Periklanan merupakan bentuk komunikasi yang digunakan untuk membujuk audiens (pemirsa, pembaca atau pendengar) untuk mengambil beberapa tindakan sehubungan dengan produk, ide, atau layanan.

2. Promosi Penjualan
Promosi Penjualan adalah sales promotion yaitu semua cara yang digunakan oleh agen pemasaran untuk menginformasikan, membujuk atau mempengaruhi pengguna akhir produk, tidak termasuk iklan, penjualan pribadi, dan publisitas.

3. Penjualan Tatap Muka
Presentasi secara lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan memperoleh penjualan dari produk yang dihasilkan.
Cara ini sangatlah efektif karena penjualan secara tatap muka bisa melihat secara langsung ekspresi calon pembeli ketika melihat produk yang kita hasilkan apakah memuaskn atau tidak memuaskan.

4. Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat, atau sering disingkat humas adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi.
Seorang humas selanjutnya diharapkan untuk membuat program-program dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya-upayanya mempertahankan, menciptakan, dan memelihara pengertian bersama antara organisasi dan masyarakatnya.
Posisi humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi. Sasaran humas adalah publik internal dan eksternal, dimana secara operasional humas bertugas membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin terjadi di antara keduanya.


Sumber :
http://blog.bursamuslim.com/membangun-komunikasi-dengan-pelanggan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://www.lusa.web.id/proses-komunikasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_persuasif
http://www.slideshare.net/sastrop/komunikasi-pemasaran
http://belajarserbaneka.blogspot.com/2012/11/pandangan-tentang-proses-komunikasi.html


Jumat, 22 November 2013

tulisan 8 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17



SIKAP KONSUMEN

1. Definisi sikap konsumen

Sikap merupakan konsep khusus yang dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan konsep yang sering digunakan oleh pemasar untuk memahami konsumen. sehingga definisi Thurstone 1993. Sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.


2. Fungsi-fungsi konsumen

-       Fungsi Utilitarian

Fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Dalam hal ini menjelaskan beberapa sikap konsumen yang berkembang terhadap suatu produk. Sikap konsumen yang menyenangkan atau mengecewakan  pada produk yang akan menjadi perkembangan sikap. Jika konsumen merasakan obat sakit kepala mampu menghilangkan rasa sakit dengan cepat, maka konsumen akan mengembangkan sikap positif pada obat tersebut, dan sebaliknya. Oleh karena itu, iklan pada suatu produk harus berisi manfaat (utility) yang bisa  diperoleh oleh konsumen.

- Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen terhadap suatu merek produk yang didasarkan oleh kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya (self-concept). Ketika konsumen membeli mobil mewah BMW, maka pusat perhatian yang utama adalah gengsi kelas sosial bukan manfaat produk itu.

- Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego. Ketika konsumen merasakan bahwa dirinya kurang maskulin, maka konsumen akan berusaha mencari produk atau merek produk yang mampu meningkatkan rasa maskulinitasnya misalnya dengan menghisap rokok atau minuman alkohol. Dengan  begitu, akan tantangan dari internal tersebut terpenuhi.

- Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Dari seluruh informasi itu, konsumen memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya. Fungsi pengetahuan juga bisa membantu mengurangi ketidakpastian dan kebingungan.
Dengan adanya penjelasan diatas, sikap mempunyai fungsi yang berbeda-beda bergantung pada kondisi yang melingkupi seseorang. Fungsi yang diperankan akan mempengaruhi evaluasi secara keseluruhan atas suatu objek. Dan fungsi ini menentukan akan produk yang akan dipilih dan persepsi yang akan berkembang di konsumen.  Oleh karena itu, usaha-usaha untuk mempengaruhi konsumen melalui iklan perlu diperhatikan sikap konsumen dari segi fungsi.  Konsumen mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu produk yang sama. Misalnya, produk pasta gigi Pepsodent, untuk konsumen yang berorientasi pada utilitas maka akan melihat dari manfaat yaitu memelihara kesehatan gigi. Tetapi ada juga konsumen yang berorientasi pada ego defensif makan konsumen akan lebih mementingkan kesegaran mulut dan menghilangkan bau mulut. Jika iklan Pepsodent hanya menampilkan informasi utilitas, maka konsumen yang mempunyai orientasi ego defensif tidak akan terpengaruhi. Oleh karena itu, isi iklan harus bisa mempengaruhi dua kelompok sikap konsumen tersebut. Karena banyak konsumen dalam pembelian produk mungkin hendak mengisi lebih dari satu orientasi sikap.


3. Tiga Komponen sikap

Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :

a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.

b. Afektif (affective).
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c. Konatif (conative).
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.


4. Peran sikap dalam mengembangkan strategi pemasaran
Pengukuran sikap konsumen bagi pemasaran merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengetahui sikap, pemasar dapat mengidentifikasi segmen manfaat, mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta evaluasi strategi promosional. Sikap konsumen terhadap suatu produk dapat bervariasi bergantung pada apa yang menjadi orientasi. Berkenaan dengan sikap, pemasar diharapkan mengidentifikasi segmen konsumen berdasarkan manfaat produk yang diinginkan oleh konsumen. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui sikap konsumen. Mengukur sikap konsumen bisa dilakukan dengan cara menyebarkan kuisoner kepada kelompok konsumen sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi. Dengan adanya kuisoner dapat mengukur sikap konsumen, tetapi tidak hanya berhenti sampai disitu saja, sikap konsumen perlu terus menerus dipantau agar produk yang dikembangkan  benar-benar memenuhi keinginan konsumen. Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting  dalam pengembangan strategi promosi. Dengan mengikuti apa yang diinginkan konsumen akan memudahkan bagi pihak promosi untuk membuat iklan yang menarik perhatian.


5. Hubungan Antara Kepercayaan dan Sikap

Bagian terpenting dari bagian pemasaran adalah bagaimana kepercayaan mempengaruhi sikap terhadap merek dan bagaimana sikap terhadap merek mempengaruhi perilaku. Hubungan di antara kedua hal itu sangat penting bagi pemasar karena akan menentukan strategi pemasaran yang berhasil. Dengan kepuasan pada suatu produk dapat memperkuat sikap dan mempertinggi probabilitas pembelian produk kembali.


6. Memprediksi perilaku dengan sikap

Terdapat enam faktor yang mempengaruhi kemampuan sikap dalam memprediksi perilaku, antara lain:

a. Tingkat Keterlibatan Konsumen
Jika tingkat keterlibatan konsumen terhadap suatu obyek sikap tinggi (misalnya produk), maka perilakunya cenderung akan sesuai dengan sikapnya yang cenderung kuat.

b. Pengukuran sikap
Jika pengukuran sikap valid dan reliabel dan mempunyai tingkat abstraksi yang sama dengan pengukuran perilaku serta dalam waktu yang relatif dekat atau bersamaan waktunya, maka sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.

c. Pengaruh orang lain
Orang lain yang mempunyai pengaruh kuat dalam kondisi tertentu dapat mempengaruhi sebuah sikap yang negatif menghasilkan perilaku yang positif. Contoh seorang anak tidak suka pada produk pakaian merek A, namun karena orang tua atau kakaknya mempengaruhinya untuk memlih dan membeli merek B, maka meskipun sikapnya positif terhadap merek A, namun perilakunya tidak positif.

d. Faktor situasional
Kondisi yang mendesak dan situasi yang tidak mendukung (dalam kondisi berduka /sakit maupun gembira) seringkali menyebabkan sikap tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.

e. Pengaruh merek lain
Merek lain yang lebih unggul dalam memberikan manfaat yang diharapkan seringkali mempengaruhi hubungan sikap dengan perilaku.  Konsumen bisa memilih merek lain karena setelah dipilih dan dirasakan ternyata sesuai dengan yang diharapkan konsumen.

f. Kekuatan sikap
Sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku, ketika sikap tersebut sangat kuat ada pada konsumen.


7. Model perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku
Setelah mempelajari hal diatas maka selanjutnya pemasar harus dapat mengetahui model perubahan kepercayaan,sikap dan perilaku,dimana dalam model ini Proses perubahan di mulai dengan pesan /komunikasi dengan maksdu membujuk.Pemprosesan informasi pesan kemudian terjadi.Pada titik ini Proses perubahan tgerjadi melalui jalur yang berbeda yaitu:

a. Jalur pengambilan keputusan
- Proses Perubaha Sikap Berdasarkan Elaboration Likelihood Model,
- Model Multiatribut, dan
- Model Reasoned Action atau Model Behavioral Intentions.

b. Jalur eksperiental
- Balance Theory,
- Mempengaruhi sikap dengan teori pertimbangan sosial.).

c. Jalur Pengaruh perilaku
- Mempelajari pengaruh Behaviorial).


Sumber :
http://euisnurulb.blog.esaunggul.ac.id/2012/04/24/sikap-dan-perilaku-konsumen/
http://blogs.unpad.ac.id/v12stawberry/2011/12/02/sikap-konsumen/
http://www.wattpad.com/4248749-pengertian-perilaku-konsumen-komponen-sikap
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
http://mialestarisholihat.wordpress.com/2011/07/04/faktor-sikap-terhadap-perilaku-konsumen/

Jumat, 15 November 2013

tulisan 7 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17



PEMBELAJARAN KONSUMEN

A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Sedangkan pembelajaran konsumen adalah suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya sehingga Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalamannya di masa lalu.


B. Teori Pembelajaran

1. Teori deskriptif dan Teori Preskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi antara metode dan kondisi.

2. Teori Behaviouristik
Teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

3. Teori Kognitif
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak  selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

4. Teori Konstruktivistik
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu  melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.

5. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.  Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

6. Teori Sibernetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan system informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.

7. Teori Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntunan sosiocultural-revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut pendekatan ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.

8. Teori Kecerdasan Ganda
Kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner yang kemudian dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, keserdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musical/ritmik, keceedasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan  eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan keterampilan hidup. semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada masing-masing orang dan pada masing-masing budaya, namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.

9. Teori Pembelajaran Menurut Islam
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu.


C. Ilustrasi Teori Pembelajaran

1) Ilustrasi dari classical conditioning (membiasakan)
-  Pavlov àeksperimen terhadap anjing
-  Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus

2) Ilustrasi dari instrumental conditioning (belajar dari kesalahan)
-  Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan).

3) Ilustrasi dari cognitive learning
-  Konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
-  Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk  yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.

4) Ilustrasi pembelajaran pasif
-  Penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan  (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
-  Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen.


D. Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran
Pada perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.
Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.
Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain. Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.


E. Loyalitas Konsumen
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas. Terciptanya kepuasaan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek serta membuat suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2000 : 105).
Menurut Tjiptono (2000 : 110) loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.
Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain.
Dalam upaya untuk mempertahankan pelanggan harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan.


F. Pembelajaran Vicarious
Pembelajaran Vicarious menyangkut pembelajaran melalui observasi, yang memadukan aspek-aspek dari teori pembelajaran kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu proses yang berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain.
Teori pembelajaran vicarious mengatakan bahwa orang belajar tanpa harus menerima ganjaran ataupun hukuman, seperti yang diyakini oleh pengikut teori instrumental conditioning. Bila seseorang melihat atau mengetahui bahwa orang lain mengalami kepuasan dalam menggunakan suatu produk, karena seolah-olah ia mengalami sendiri.



Sumber :
http://www.sabah.edu.my/skpmtdon/notes/Teori%20&%20Model%20P&P.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
http://www.ras-eko.com/2012/11/pengertian-teori-belajan-dan-teori.html
http://sapelele.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-konsumen.html
http://skripsi-manajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-loyalitas-konsumen.html
http://www.docstoc.com/docs/120772794/PEMBELAJARAN-KONSUMEN


Kamis, 07 November 2013

tulisan 6 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17


PERSEPSI KONSUMEN

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Persepsi juga bisa diartikan proses yang timbul akibat adanya sensasi. Persepsi dibentuk oleh tiga pengaruh, yaitu karakteristik dari stimuli, hubungan stimuli dengan lingkungannya dan kondisi di dalam diri kita sendiri. Stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yg dapat mempengaruhi tanggapan individu.


A. Stimuli Pemasaran dan Persepsi Konsumen

1. Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yg didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk & komponennya (kemasan, isi, ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yg mempresentasikan produk (kata-kata, gambar, & simbol) atau melalui stimuli lain seperti harga, tempat penjualan & sales.

2. Stimuli lingkungan adalah stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan. Faktor kunci yang menentukan persepsi konsumen :
- Karakteristik stimulus yang mempengaruhi persepsi : elemen indera & struktural.
- Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau dan stimuli lainnya.


B. Karakter Stimulus yang Mempengaruhi Persepsi

1. Faktor Sensory mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan, meliputi faktor : warna, bau, rasa.
2. Faktor struktural meliputi ukuran iklan, posisi penempatan iklan, warna dan kontras.


C. Karakteristik Konsumen yang Mempengaruhi Persepsi

1.Membedakan Stimulus
Apakah konsumen bisa merasakan perbedaan antara dua atau lebih stimulis. Apakah konsumen merasakan perbedaan merk berdasarkan rasa, harga & bentuk kemasan produk?. Kenyataannya banyak konsumen yang bisa membedakan merk produk berdasarkan rasa, tapi ada juga yang tidak bisa. Sehingga pemasar sering menggunakan iklan agar konsumen mampu membedakan merk.

2. Tingkat ambang batas (Threshold level)
Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan suara, cahaya, bau dll ditentukan oleh tingkat ambang batas, meliputi :1). Absolute threshold adalah jumlah rangsangan minimum yang dapat dideteksi oleh indera, 2). Differential threshold adalah kemampuan sistem indera untuk mendeteksi atau membedakan antara dua stimuli. Contoh: harga odol gigi yang belum pernah dibeli konsumen lebih murah 300 daripada harga odol gigi yang biasa dibelinya. Perbedaan harga 300 tidak mempengaruhi konsumen dalam mengubah pilihannya. Tapi jika perbedaan harga 800 maka konsumen bersedia merubah pilihannya.

3. Subliminal Perception (persepsi bawah sadar)
Kemampuan konsumen memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah kesadaran. Contoh : ketika penonton bioskop sedang menikmati film tiba-tiba disuguhi dua pesan yang ditayangkan secara cepat sehingga penonton tidak menyadari adanya tayangan pesan tersebut. Tapi, secara mengejutkan penjualan produk tersebut justru meningkat.

4. Tingkat adaptasi terjadi jika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang. Contoh: ketika konsumen melihat iklan produk dengan diskon 20%, pertama kali konsumen akan tertarik, tapi jika iklan tersebut ditayangkan terus menerus & tidak ada perubhan tingkat potongan harga, konsumen sudah terbiasa & tidak memperhatikan iklan tersebut.

5. Generalisasi stimulus terjadi jika konsumen melihat dua atau lebih stimulus yang mempunyai kesamaan (hubungan yang dekat) dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga dapat disubstitusikan. Proses generalisasi sangat dihindari pemasar, karna pemasar berusaha mendiferensiasikan mereknya dengan merek lain. Di pihak lain, pemasar juga mengharapkan generalisasi ketika mereka ingin memperkenalkan produk baru, dengan harapan laku terjual seperti produk yang lama. Kebijakan ini dinamakan family branding. Contoh: produsen sirup ABC memperkenalkan produk baru berupa kecap, sambal, saus, sarden.


D. Proses Persepsi

Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo (2004) persepsi melewati tiga proses, yaitu :
1. Proses fisik (kealaman) — Objek è Stimulus è reseptor atau alat indera
2. Proses fisiologis — Stimulus è saraf sensoris è otak
3. Proses psikologis — proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima.

Sedangkan menurut Desy Arisandy. 2004 : 7, Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Penerimaan rangsang – Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.  Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan  dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan  yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.
2. Proses menyeleksi rangsang
3. Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.
4. Proses pengorganisasian
5. Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk
6. Proses penafsiran


E. Peran Ekspetasi pada Persepsi

Satu yang harus benar-benar kita cermati dalam menjalankan suatu usaha adalah Ekspektasi konsumen. Ekspekatasi konsumen terhadap produk (bisa berupa barang atau jasa. Atau kombinasi keduanya) adalah hal yang sangat utama dan tidak boleh tidak dikesampingkan. Cermati ‘prilaku’ konsumen. Dan petik buah keuntungan darinya. Konsumen akan bersifat loyal terhadap kita, jika dan hanya jika kualitas dari produk yang kita jual sesuai dengan ekspektasi mereka. Sekali kita lalai atas apa yang mereka harapakan dari produk kita, jangan harap mereka akan kembali lagi untuk membeli produk kita. Usahakan bila kita menjanjikan sesuatu, penuhi! Bahkan usahakan untuk melampaui ekspktasi dari mereka. Ekspektasi konsumen terhadap produk kita adalah nyawa. Dan itu harus dipelihara dan dipenuhi guna kelangsungan suatu usaha.
Sebelum melakukan konsumsi akan suatu pelayanan, konsumen telah terlebih dahulu memiliki harapan (ekspektasi) terhadap pelayanan yang akan diterimanya.
Ekspektasi atau harapan ideal konsumen menurut Zeithaml dan Bitner (1996:82) dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan, yaitu :
a. Personal needs, hal dasar yang berpengaruh kepada pemenuhan akan keinginan dan kebutuhan seseorang akan suatu hal. Faktor ini didasari atas aspek fisik, sosial (demografis) dan psikologikal (psikografis).
b. Explicit service promises, merupakan bentukan komunikasi akan suatu produk (pelayanan) dari para provider dalam bentuk publikasi tertulis atau kegiatan periklanan.
c. Implicit service promises, merupakan indikasi dari janji kualitas produk yang biasanya didasari atas harga dan tampilan fisik dari suatu produk. Semakin tinggi harga dan semakin meyakinkannya tampilan fifik suatu produk maka semakin tinggi ekspektasi konsumen akan kualitas produk yang ditawarkan.
d. Word of mouth communication, merupakan komunikasi non formal atau komunikasi dari mulut ke mulut yang didengar oleh konsumen melalui pihak lain akan suatu produk tertentu.
e. Past experience, merupakan pengalaman terdahulu ataupun perbandingan konsumen akan produk sejenis.
Kelima hal tersebut akan dijadikan dasar pembanding oleh konsumen terhadap kualitas pelayanan yang akan diterimanya sehingga terbentuk persepsi akan produk pelayanan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Zeithaml dan Bitner (1996:77) menyatakan terdapat 2 jenis dari ekspektasi, yaitu desired service dan adequate service.Ekspektasi dari konsumen akan menciptakan kedua hal tersebut yang dipengaruhi dari tingkat harapan mereka sendiri. Desired service ialah ekspektasi konsumen dimana konsumen menginginkan mendapatkan pelayanan yang kualitasnya tinggi dan sesuai atau lebih baik dengan apa yang diharapkan pada awalnya.
Sedangkan adequate service ialah ekspektasi yang timbul karena konsumen yang sadar bahwa karena alasan tertentu desired service mungkin saja tidak dapat tercapai, sehingga konsumen menurunkan harapannya akan suatu kualitas pelayanan ke level yang lebih rendah, namun masih berada pada area yang dapat ditoleransi.
Area pelayanan yang dapat ditoleransi disebut sebagai zone of tolerance, dimana pada area ini konsumen masih dapat menerima pelayanan yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan (desired service) apabila pelayanan yang diberikan tidak lebih rendah daripada adequate service.

Berdasarkan pernyataan diatas, suatu kualitas pelayanan diukur dari tingkat kepuasan konsumen, maka dalam penelitian ini guna mengetahui kualitas pelayanan yang baik akan digali informasi dari ekspektasi dan persepsi dari tamu hotel guna mengkaji tingkat kepuasan tamu dan kualitas pelayanan yang diberikan.


F. Semiotis

Semiotis/Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda.
Charles S.Peirce, penemu modern semiotics, mendefinisikan semiosis sebagai hubungan antara tanda, objek, dan makna.
- Orang yang menginterpretasikan tanda disebut interpreter.
- Gambaran objek yang dibentuk interpreter dari sebuah tanda disebut interpretant.
- Contoh: kata mobil sebagai tanda, seseorang yang memberi makna sebagai interpreter dan bayangan alat transportasi beroda empat sebagai interpretant.
Semiotis (tanda) merupakan stimuli yang bertujuan untuk mendapatkan kesiapan dalam memberikan respon. Semiotis biasa digunakan dalam sebuah iklan dimana simbol/tandanya dapat menggambarkan identitas/ciri khas suatu produk sehingga dapat menimbulkan persepsi konsumen terhadap produk tersebut.


G. Inferensi Perseptual

Perseptual adalah kemampuan memahami dan menginterprestasikan informasi sensori atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna yang diterima oleh panca indera. Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Inferensi perseptual adalah tindakan yang berasal dari pemahaman dan interprestasi informasi yang diterima oleh panca indera dan dianggap benar.


H. Implikasi Pemasaran dari Inferensi Perseptual

- Konsumen cenderung membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari stimuli pemasaran & lingkungan.
- Citra : total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu.
- Pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.



Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi
http://www.slideshare.net/dwie_radet/persepsi-konsumen
http://just2live.blogspot.com/2008/06/ekspektasi-konsumen.html
http://deddysumardi.wordpress.com/2012/04/09/memahami-proses-terjadinya-persepsi/
http://psikologipelayanan.blogdetik.com/2013/05/15/persepsi-dan-harapan-pelanggan/
http://communicationista.wordpress.com/2009/07/03/semiotics/

Jumat, 01 November 2013

tugas 1 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17


AUTOBIOGRAFI


Nama saya Ignatius Bagas Wibisono, saya adalah anak ketiga dari pasangan Mulhardiyono dan Ucik Samiasih. Bapak saya adalah seorang wiraswasta, sedangkan ibu saya telah lebih dulu kembali kepada Tuhan. Saya lahir pada tanggal 1 Desember 1990 di salah satu rumah sakit di Jakarta. Saya hanya lahir di Jakarta, karena setelah itu kedua orang tua pindah ke Bekasi hingga sekarang. Di usia yang menginjak 5 tahun, saya memiliki seorang adik yang bernama Laras Pangastuti, yang lahir pada tanggal 24 Oktober 1995 di rumah sakit Avernia, Rawamangun. Ibu menceritakan kepada saya bahwa menjelang kelahiran adik, saya sempat menangis karena khawatir akan kondisi ibu saat itu. Tapi saya sangat bersyukur karena baik ibu dan adik saya berada dalam kondisi yang baik dan sehat. 

Saat pertama kali sekolah saya bisa dibilang terlambat, karena saya masuk TK pada usia 6 tahun. Sekolah itu adalah TK Santa Maria Monica di Bekasi. Seperti banyak yang lainnya, kata ibu saya saat pertama kali bersekolah, saya menangis karena tidak mau ditinggal ibu hehehe. Masa-masa sekolah di TK bisa dibilang biasa saja, karena saat itu saya masih cenderung pemalu dan pendiam

Saat usia 7 tahun aku melanjutkan ke SD di sekolah yang sama, SD Santa Maria Monica Bekasi. Masa-masa SD membuat saya bisa berubah, dimana saya mulai berbaur untuk berteman. Nyatanya saat baru beberapa hari bersekolah, saya sudah memiliki teman yang cukup banyak untuk berkomunikasi dan juga bersenda gurau. Masa menyenangkan di SD buat saya adalah saat kelas 4 dan 5, karena disitulah pertama kali mendapat ranking. Kelas 4 mendapat ranking 2, dan kelas 5 ranking 3. Tetapi entah kenapa di kelas 6, ranking kelas turun lagi menjadi ke-6, menurut saya karena di kelas waktu juga banyak murid yang lebih hebat dari saya. Tapi walaupun begitu saya bersyukur karena bisa lulus SD untuk melanjutkan ke SMP.


Saya melanjutkan ke SMP masih di sekolah yang sama,SMP Santa Maria Monica. Disanalah saya makin bisa menilai sifat-sifat yang saya miliki, mulai dari iseng, cepat marah, cengengesan, dll hehehe. Saat SMP juga saya banyak memiliki pengalaman-pengalaman yang tidak terlupakan, mulai dari naik angkot pertama kali, hampir berkelahi dengan preman kecil, sampai dipalak oleh murid sekolah lain hahaha. Saya mulai menggunakan angkutan umum saat saya kelas 2 SMP, disitulah saya terus belajar untuk mengamati kehidupan yang sebenarnya. Dari mencari tahu daerah-daerah apa saja yang ada di Bekasi dan juga sekolah-sekolah unggulan di Bekasi. Pernah suatu kali waktu saya kelas 2 SMP, saat pulang sekolah berjalan untuk mencari angkot saya dihadang oleh seorang preman kecil. Saya berusaha untuk menghindar tetapi tetap dihalangi, sampai dia bertanya saya dari sekolah mana, kemudian saya menjawab dengan bercanda tetapi ternyata dia malah marah. Karena itu dia mengejar saya, untungnya saya bisa lolos setelah naik angkot yang ada. Di kelas 2 SMP juga saya pernah dipalak oleh murid dari sekolah lain, diawali juga dari hal yang sama, dimana saat itu sedang berjalan untuk mencari angkot tiba-tiba ada sekelompok murid dari sekolah lain. Mereka langsung meminta paksa uang saya,karena supaya cepat selesai akhirnya saya kasih mereka 1000 hehe. Dari segi prestasi saat SMP, bisa dibilang biasa saja. Walaupun tidak mendapat peringkat, saya tetap berusaha yang terbaik dalam belajar tanpa berpikir nilai berapa yang akan saya dapat. Di SMP juga saya bisa menyalurkan hobi akan sepakbola, dimana saya masuk sebagai tim futsal SMP. Selain meningkatkan kemampuan, di tim itu juga saya mendapat banyak teman baru. Selain itu, saya juga pernah menjadi anggota OSIS sebagai seksi keamanan pada saat kelas 2 dan 3 SMP.

Masuk ke jenjang yang lebih tinggi saya sekolah di SMA yang sama juga, SMA Santa Maria Monica Bekasi selama 3 tahun dari tahun 2006-2009. Di SMA inilah prestasi saya mulai kembali naik, sehingga saya masuk ke dalam jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Di SMA saya kembali masuk tim futsal, bersama tim itu sekolah kami berhasil menjadi juara 2 di kejuaraan antar sekolah swasta Bekasi. Saya merasa di SMA inilah diri saya semakin terbentuk, dan terus berpikir akan menjadi apa untuk selanjutnya. Setelah lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan, saya langsung mendaftar untuk perguruan tinggi. Dan pilihan yang saya ambil adalah di Universitas Atma Jaya Jakarta dengan jurusan teknik elektro. Di semester pertama saya masih semangat untuk menjalani kuliah, tapi semester kedua saya mulai malas untuk kuliah. Hal itu disebabkan karena ada dipikiran saya bahwa dengan jurusan ini jika lulus nanti saya akan bagaimana. Keinginan saya adalah ingin menjadi pengusaha, pokoknya ingin mempunyai usaha sendiri, akhirnya saya pun berhenti kuliah di Atma Jaya. Sempat beberapa bulan menganggur membuat saya tidak enak hati kepada orang tua yang sudah susah payah membiayai sekolah sampai SMA tapi ternyata tidak ada hasil apa-apa. Lalu saya berniat untuk menjadi tentara dengan harapan agar bisa langsung mendapat pekerjaan dan gaji. Selanjutnya saya pun mendaftar menjadi taruna akmil pada Maret 2010. Karena tidak ada pengalaman sebelumnya mengenai pendaftaran akmil saya terkejut karena banyaknya tahap yang harus dilalui agar bisa menjadi taruna akmil. Walaupun berat saya tetap menjalaninya dengan sekuat hati, tapi nyatanya pada tes terakhir saya gagal, harapan menjadi tentara pun sirna. Tetapi saya tidak menyerah, tahun berikutnya saya kembali mencoba mendaftar kedua kalinya. Berbekal pengalaman sebelumnya, saya sudah lebih siap akan tahap-tahap seleksi yang dijalani. Tetapi saya harus menerima bahwa saya tetap belum bisa menjadi tentara karena gagal di tahap tes yang terakhir.
Saya berpikir apakah akan terus mendaftar dengan kemungkinan berhasil yang kecil, sementara usia saya saat itu sudah 21 tahun. Karena itulah saya bertekad untuk mewujudkan keinginan menjadi pengusaha. Akhirnya saya mendaftar ke Universitas Gunadarma, saya memilih Gunadarma karena lokasi kampusnya yang strategis dengan rumah saya. Jadi dengan jadwal bagaimanapun saya tidak terburu-buru untuk menuju ke kampus. Selain lokasi tentu karena Gunadarma sudah memiliki kualitas pendidikan yang bagus dengan menghasilkan mahasiswa-mahasiswa berkualitas pula. Di Gunadarma saya mengambil jurusan Manajemen, dengan pertimbangan dapat menyerap ilmu yang berguna untuk mewujudkan keinginan menjadi pengusaha.

tulisan 5 softskill perilaku konsumen

IGNATIUS BAGAS WIBISONO
19211143 / 3 EA17


A. KEPRIBADIAN DAN PERILAKU KONSUMEN

Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar perusahaan.
Setiap konsumen mempunyai karakteristik psikologis yang berbeda-beda terutama dalam menentukan dan merespon lingkungannya. Lingkungan dimana mereka berinteraksi terhadap pengaruh dan perubahan yang mendominasi setiap keputusannya ketika menentukan sebuah pilihan terhadap produk dan jasa tertentu. Konsep kepribadian merupakan seperangkat pola perasaan dan pemikiran perilaku yang memiliki keunikan terhadap respon di berbagai situasi.
Pola perasaan konsumen memiliki ciri khas:
a. kepribadian mencerminkan perilaku masing-masing individu
b. kepribadian bertahan lam dan konsisten
c. kepribadian dapat berubah
Ciri-ciri kepribadian konsumen yang inovatif dan yang tidak inovatif merupakan ciri kepribadian yang dogmatis sehingga orang dengan dogmatis tinggi sulit untuk menerima hal-hal baru karena keyakinan orang ini sangat kuat sehingga harus dipengaruhi oleh figur yang berkuasa atau orang terkenal. Sebaliknya kepribadian dengan dogmatis rendah sangat mudah dipengaruhi oleh informasi baik yang menekankan pada perbedaan produk secara faktual juga informasi tentang kegunaan produk.

B. KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN

1. Faktor-faktor Budaya
a. Budaya : Serangkaian nilai, persepsi, keinginan, dan perilaku dasar yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan instansi penting lain.
b. Sub-budaya : kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa.
c. Kelas Sosial : Pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota memiliki nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2. Faktor-faktor Sosial.
a. Kelompok : Dua atau lebih sekelompok orang yang berinteraksi untuk memenuhi tujuan individu atau tujuan bersama.
b. Keluarga.
c. Peran dan Status. ( Peran terdiri dari sejumlah aktivitas yang diharapkan untuk dilakukan menurut orang-orang di sekitarnya, Tiap peran membawa status yang mengambarkan penghargaan umum terhadap peran tersebut oleh masyarakat.

3. Faktor-faktor Pribadi
a. Umur dan Tata Siklus Hidup,
b. Pekerjaan.
c. Situasi Ekonomi.
d. Gaya Hidup : Pola hidup seseorang yang tergambarkan pada aktivitas, interest, dan opinion ( AIO ) orang tersebut.
e. Kepribadian dan Konsep Diri. ( Kepribadian, sikologis yang membedakan seseorang yang menghasilkan tanggapan secara konsisten dan terus-menerus terhadap lingkungan. Konsep Diri, adalah kepemilikan seseorang dapat menyumbang dan mencerminkan ke identitas diri mereka ).

4. Faktor-faktor Psikologis
a. Motivasi, kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.
b. Persepsi, Proses menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia.
c. Pembelajaran, perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.
d. Keyakinan dan Sikap, ( keyakinan = pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Sikap merupakan evaluasi, perasaan dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak seseorang terhadap suatu obyek atau ide ).

C. TEORI-TEORI KEPRIBADIAN

Terdapat banyak teori tentang bagaimana sebuah kepribadian berkembang. Paling tidak terdapat 3 perspektif pada kepribadian yaitu :

a. Psychodynamic Theory
Teori ini diciptakan oleh Sigmund Freud dan merupakan tonggak awal psikologi modern. Disini dirumuskan dengan premis bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari (unconscious need) konsumen terutama dorongan biologis dan seksual merupakan inti dari motivasi dan kepribadian. Ada tiga system yang berinteraksi didalam kepribadian manusia :
• Id merupakan pusat dari semua dorongan-dorongan primitive dan impulsive.
• Superego merupakan ekspresi individual tentang perilaku yang dibenarkan menurut norma dan etika social.
• Ego merupakan pengendalian diri yang disadari oleh individu.
Beberapa cara atau metode yang digunakan individu untuk mengatasi masalah psikologis yaitu :
• Identifikasi
Bila individu menggunakan metode ini, maka mereka akan mengadopsi metode orang lain yang telah terbukti berhasil mengatasi masalah psikologi. Misalkan menggunakan produk yang sama dengan yang biasa digunakan oleh keluarganya.
• Represi
Individu dapat mengendalikan kebutuhan fisiologis dengan membiarkan kebutuhan tersebut tak terpuaskan. Misalkan konumen menahan diri untuk tidak mengeluh ketika penjual mengecewakan.
• Displacement
Individu berupaya mengkonversikan kebutuhan fisiologisnya dalam bentuk yang lebih dapat diterima. Misalkan manggati kebiasaan merokok dengan mengkonsumsi permen rokok.
• Prosyeksi
Individu berupaya untuk menyelesaikan konflik psikologis yang dihadapinya dengan menyalahkan orang lain.
• Rasionalisasi
Individu menciptakan pemikiran rasional untuk suatu tindakan dari pada mengakui kebenaran dari tindakan tersebut. Misalkan seorang konsumen mengaku lebih menyukai Toyota Kijang dari pada Toyota Altis, karena bentuknya yang lega, namun sesunghnya ia tidak mampu membeli Toyota Altis.

b. Neo-Freudian Personality Theory
Berbeda dari pandangan Freud bahwa kepribadian bahwa kepribadian bersumber dari insting manusia secara alamiah, Karen Hornet, salah satu peneiliti teori ini mengajukan sebuah mekanisme yang dilalui individual dalam rangka mencari jalan keluar dari konflik yang menggelisahkan. Menurutnya individu dapat dibedakan menjadi 3 kepribadian yaitu :
• Compliant Individual
Individu-individu yang cenderung mendekati orang lain. Mereka memepunyai hasrat untuk dikasihi, diingini, dan dihargai.
• Aggressives Individual
Individu-individu yang cenderung menentang orang lain. Mereka mempunyai hasrat untuk berprestasi dan mendapatkan pujian.
• Detached Individual
Individu-individu yang cenderung menjauhi orang lain. Mereka suka kemandirian, kemerdekaan, kebebasan dari kewajiban.

c. Trait Theory
Trait Theory menggunakan asumsi (1) bahwa semua individu memilik karakter berbeda, (2) karakter tersebut bersifat konsisten dan dapat diukur perbedaanya antara individu yang satu dengan yang lain.
Costa dan McCrae (1992;dalam Walzuch,2001), membagi karakter manusia menjadi 5, yaitu : 
• Extraversion
Manusia memiliki karakter extraversion adalah mereka yang suka berada didunia lain selain dunia mereka. Mereka adalah manusia ekstrovert yang focus pada dunia luar, lebih bersifat social, tidak terlalu peduli dan cepat sekali berubah.
• Neurotism
Karakter ini ditandai dengan kondisi emosi yang tidak stabil, pesimis dan kepercayaan diri yang rendah.

d. Agreebleness
Manusia yang memiliki karakter ini cenderung berkeyakinan posotif dan menghargai nilai-nilai orang lain, mereka sangat peduli pada norma-norma masyarakat. Manusia dengan karakter ini adalah mereka yang dapat sangat dipercaya.
• Conscientiousness
Karakter ini ditandai dengan sikap bertanggung jawab, penuh dedikasi, dan dapat dipercaya. Mereka yang berkarakter conscientiousness cenderung mengambil keputusan dengan serius dan sangat hati-hati.
•  Openess to experience
Jika seseorang memiliki karakter ini maka akan nampak pada keterbukaan cara berpikir dan mau menerima konsep-konsep baru. Umumnya mereka akan membuat keputusan yang tidak konservatif.
•  Carl Jung Theory
Carl Jung berpendapat dalam psikologi terdapat 2 dimensi cara berperilaku dan fungsi dasar psikologi. Dua dimensi berorientasi dan menggambarkan tentang arah aliran energy psikis taua perhatian yaitu extroversion dan introversion. Extroversion adalah energy psikis yang diarahkan untuk mewujudkan dunia luar atau sesuatu. Sedangkan introversion adalah energy psikis yang focus pada proses-proses psikis internal yang meliputi perasaan dan ide-ide pemikiran.

D. DIMENSI KEPRIBADIAN

Kepribadian manusia terdiri dari 4 dimensi, yakni :1. Extrovert (E) vs. Introvert (I). Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain, dan berfokus pada the world outside the self. Sebaliknya tipe introvert adalah mereka yang senang menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang. Orang introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang tidak banyak menutut interaksi semisal membaca, menulis, dan berpikir secara imajinatif.
2. Sensing (S) vs. Intuitive (N). Tipe dikotomi kedua ini melihat bagaimana seseorang memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkrit, factual facts, dan melihat data apa adanya. Sensing adalah concrete thinkers. Sementara tipe intuitive memproses data dengan melihat pola dan impresi, serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Intutive adalah abstract thinkers.
3. Thinking (T) vs. Feeling (F). Tipe dikotomi yang ketiga ini melihat bagiamana orang berproses mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan.
4. Judging (J) vs. Perceiving (P). Tipe dikotomi yang terakhir ini ingin melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging disini bukan berarti judgemental (atau menghakimi). Judging disini diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak melompat-lompat). Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, adaptif, dan bertindak secara random untuk melihat beragam peluang yang muncul.

E. GAYA HIDUP

Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat) .
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .
Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Menurut Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya.
Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup.
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen :
a.       pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran.
b.      pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan.
c.       jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok
d.      mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka.


F. NILAI DAN GAYA HIDUP

Nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian.
Gaya hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen sendiri.

G. MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK GAYA HIDUP DALAM PEMASARAN

Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidupnya, dan barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Atas dasar itu, banyak pemasar atau produsen yang mensegmentasi pasarnya berdasarkan gaya hidup konsumennya. Sebagai misal, banyak produsen pakaian remaja yang mengembang-kan desain produknya sesuai dengan selera dan gaya hidup remaja.


Sumber :
http://euisnurulb.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/09/kepribadian-dan-perilaku-konsumen/
http://www.wattpad.com/4249528-pengertian-perilaku-konsumen-pengertian-sifat-dan
http://annafiryana.blogspot.com/2010/12/teori-teori-kepribadian.html
http://sumberilmuips.blogspot.com/2013/03/karakteristik-yang-mempengaruhi.html
http://infowawasan.blogspot.com/2009/12/4-dimensi-kepribadian-manusia.html
https://docs.google.com/document/d/1QXA4X7wHQjRx4ZlnebRizCGBvnNoe8oyY5V4bU2rl7U/edit?pli=1